Penglihatan Lebih ( Part 8 ) Partner

Cerita Campur - Partner

Hari ini adalah hari terakhir Orientasi di sekolah dan seperti biasa ane datang duluan saking paginya tapi ane mau bilang ke nyokap ane kalau ane mau main ke rumahnya Dimas nanti.

"Mah nanti Wildan main ke rumah Dimas ya mah" kata ane 
"Iya ati ati ya Mbah Bram di bawa kan?" kata nyokap
"Kapan pernah ketinggalan sih mah, ga pernah di tinggal siapa tau bisa jailin setan lagi di sekolah" kata ane sambil nunjuk sekolah
"hahah kamu tuh yaudah ati ati yah jangan malem pulangnya, Mbah Wildannya titip ya mbah" kata nyokap
Muncullah Mbah Bram begitu saja "Baik dek akan saya jaga" kata Mbah Bram sambil menundukan kepalanya.
"dah ah mah masuk dulu ya dadah mama" kata ane melambaikan tangan
"dahhhh ati ati ada uang ga?" kata mama setengah teriak
"oh iya mah mana uang" kata ane balik lagi 
"heuuu dasar uang aja balik lagi nih" kata mama memberikan 3 lembar uang
"asik banyak dadah mama" kata ane ngacir

ane masuk kesekolah dan seperti biasa suasana bangunan tua ini sungguh asik bagi yang bisa lihat mulai dari yang ngesot, bekas gantung diri, ada yang lagi nangis, ada yang ga ada mukanya, atau ga ada tangannya, ada juga yang di kursi roda nunduk tapi kursi rodanya jalan sendiri. Mbah Bram? dia di samping ane cuek aja ga mempedulikan. Saat di depan pintu kelas ane buka pintu kelas yang masih cukup gelap ane masuk ke dalam kelas dan melihat ke atas lemari masih ada tuh setannya.

"Hai setan masih disitu aja gamau turun? awas jatuh ya" kata ane melihat ke atas lemari Mbah Bram juga melihat ke atas lemari
"dih ga ngomong-ngomong keselek apa sih lu ngomong napa woi gue ngomong ini" kata ane goyangin lemari dia diem aja
"ah cape lah didiemin dah ah duduk" kata ane menuju ketempat duduk tapi Mbah Bram masih disana
"Mbah ngapain disana sini kenapa sih" kata ane
"iya dek dia kayaknya korban dek" kata mbah Bram sambil jalan
"biarin aja mau korban kek mau apa mending disini nemenin saya mbah" kata ane sambil buka tas ngambil komik
"baik dek" kata mbah Bram sambil duduk

Setelah beberapa lembar ane baca komik ga lama temen ane dengan "Mdusa" nya dateng dan mereka sapa ane.

"woiiii dan pagi" kata Dimas
"Siang dim" kata ane sambil baca komik
"Tai siang lagi pagi Mbah Bram" kata dimas
"pagi dek Dimas" kata mbah Bram
"Nyai Gun ayo sapa Wildan" kata dimas ke nyai 
"Pagi dek Wildan" kata Nyai Gun
"pagi juga Nyai Gunn" kata nyai Gun
"jadi ke rumah gue kan dan?" kata dimas duduk ngarah ke gue
"iyeeee jadi tenang gue udah bilang nyokap" kata ane
"asikkkkk jadi ada temen di rumah" kata dimas
"bukannya di rumah lu banyak "Temen" nya juga ya kan rame tuh" kata ane sambil baca komik
"itu yang gaib willll yang nyata belom ada lu orang pertama" kata dimas
"oke makanan ya" kata ane
"siap bosss" kata dimas

tidak lama juga datenglah si Tiara nyamperin kita berdua yang lagi asik ngobrol sedangkan kelas dikit demi sedikit mulai terisi.

"lagi pada apa sih seru amat" kata Tiara
"ga ada apa-apa tiara" kata gue senyum
"bohong nih anak gue ngajak dia ke rumah gue" kata dimas
"ih asik aku boleh ikut ga?" kata tiara senyum
"Gak" kata ane spontan
"Boleh kok" kata dimas spontan juga
"ih si wildan ngselin banget sih yang punya rumah boleh juga" kata tiara nyubit pipi
"adawwwww ga usah pipi juga kali sakit" kata gue ngelus pipi
"abis ngeselin" kata tiara duduk di samping gue
"ehem ehem ga ikutan deh gue" kata dimas balik badan
"apaan sih lu setan" kata gue nendang kursinya




Tiara cuman ketawa sama kelakuan gue sama dimas, selamaa orientasi ga ada kejadian aneh aneh lagi cuman ada sekelompok setan yang ngeliat sinis aja singkat cerita kita semua selesai orientasi hari ini dan ini adalah hari terakhir. Selanjutnya ane dan dimas ke rumah dimas oh ya Tiara juga sorry ketinggalan dia juga ikut. Sampailah kita di rumahnya Dimas cukup besar bertingkat 2 dan taman yang cukup luas. Baru aja buka pager disana ada 4 Medusa juga besar lebih besar dari nyai Gun lebih kuat kali ya simpelnya gitu, Mbah Bram di persilahkan masuk oleh semua Ular disini karena Dimas yang memperbolehkan dan mungkin anggota keluarganya juga sudah tau kalau ane sama macan ane mau dateng jadi di perbolehkan. sampai masuk ke dalam bener aja ada ular lagi gue mikir "keluarga ular kali ya, ngeri juga" kata gue, kita menuju ruang tamu disana ada papa dan mamanya Dimas.

"mah, pah ini yang namanya Wildan dan ini namanya Tiara" kata dimas memperkenalkan kita
"Halo om aku Wildan" kata ane salam ke papa dan mamanya
"aku tiara Om, tante" kata Tiara salam juga
"Oh ini yang namanya Wildan itu iya iya ayo semuanya masuk aja, ajak ke kamar aja mas" kata papanya
"iya pah kita ke atas dulu ya" kata dimas
"mari om keatas dulu" kata ane senyum tiara juga sama 

ane sama tiara ngikutin dimas dia di depan kita dan menuju kamarnya, kamar dia berada di ujung ruangan sebelahnya katanya kakak cewenya. tapi belum pulang sekolah. kita memasuki kamar dimas cukup nyaman dan besar juga kamarnya untuk seukuran anak kaya gini kasur besar, TV, PS, dan komputer iya iya ga lupa lemari nya dah bonus. kita duduk di karpet yang lebar ini.

"Dimas aku duduk yah" kata tiara duduk di karpet
"iya iya sok duduk aja" kata dimas naro tas sama buka baju sekolahnya
"Dim gue tidur ya" kata gue tiduran di kasurnya
"eh anak setan main tidur aja" kata dimas lemparin guling
"bodo amat gue pegel tau" kata gue tiduran ane liat Mbah Bram duduk di dekat kasur sama ane
"tar ya gue ganti celana dulu di luar jangan pada mesum lu" kata dimas
"apaan sih elu bangke" kata gue lemparin guling yang tadi dia lempar
"hahah dimas dimas mikir kamu jorok" kata tiara ketawa.

si dimas pergi keluar kayaknya sih ke kamar mandi ya, sambil nunggu dimas gue sama tiara ngobrol biasa aja dia di karpet gue dari kasur soalnya punggung ane pegel banget cape sedangkan mbah Bram tiduran juga di karpet dekat kasur yang sama dengan tiara. ga lama si dimas dateng nyamperin kita dan manggil gue.

"Wil, sini bentar di panggil bokap gue, tiara bentar ya wildannya di pinjem bentarrrrr aja" kata dimas manggil gue
"ada apaan? mau di kasih uang jajan?" kata gue sambil diri dari kasur 
"iya sok aja emang aku siapanya hhihihi" kata tiara senyum
"siapa tau kan cemburu gue pinjem wildannya, udah ikut aja dulu duit mulu ah" kata wildan
"iya iya gue ikut dah lu jalan" kata gue nyuruh dia duluan

kita berdua jalan menuruni tangga dan bukan kearah ruang tamu yang tadi tapi ke arah belakang rumah disana ada ruangan kita memasuki ruangan itu dan ane rasain ruangan itu beda banget hawanya kaya penuh dan padat. ane lihat ada bokapnya duduk di ruangan itu dimana disana seperti tempat meditasinya dia.

"pah ini Wildannya pah" kata dimas manggil bokapnya
"eh wildan ayo duduk duduk" kata bokapnya dimas
"iya pak" kata ane duduk bersila
"kenapa ya pak heheh" kata ane senyum dan agak penasaran juga ada apa
"gak saya mau nanya sama kamu itu kamu dapet macannya dari mana ya?" kata papanya dimas
"dapet dari uwa saya pak warisan turun temurun pak" kata ane
"oh dapet dari uwanya, sudah bisa ngendaliinnya?" kata bokapnya
"sudah pak walau ga begitu jago sih saya baru punya dia 2 tahun pak" kata ane ngelus-ngelus mbah Bram.
"ohhhh pantes, gak gini harimau kamu itu beda soalnya dari yang punya saya" kata papanya dimas keluarlah 2 harimau dan 1 ular "medusa" yang besar
"wih pak kok ada 3?" kata ane bingung
"hehe iya nak wildan saya punya 3 lihat deh dari segi postur sama warna punya nak wildan ini beda" kata papanya dimas
ane perhatiin bener aja postur Mbah Bram lebih kekar, Corak yang lebih tebal, dan warnanya beda mereka putih ini coklat cerah.
"iya ya pak kok bisa beda?' kata ane bingung
"iya karena punya kamu itu tingkatnya lebih dari yang saya" kata papanya wildan menunjuk 2 harimaunya
"tingkat gimana ya pak saya kurang ngerti pak" kata ane sambil garuk-garuk kepala
"level dah level ngerti level ga" kata dimas
"ohhh ya level ngerti" kata ane mengangguk
"ya kurang lebih seperti itu, saya yakin nak wildan bisa mengendalikan sepenuhnya nanti dari Mbah nya nak wildan ini dan bakal jadi kuat" kata Papanya.
"kayaknya sih gitu pak, terus kenapa ya pak." kata ane bingung
"Maukah nak wildan jadi partnernya Dimas? selama ini saya belum percaya sama siapapun setelah saya melihat nak wildan saya percaya sama nak wildan gimana?" kata papanya
"ya kalau aku sih gapapa pak lagi pula kita di sekolah juga temen deket kok pak" kata ane nepuk punggung dimas
"bukan teman seperti itu maksud saya jadi pasangannya dimas sampai kapanpun kalian ini bisa di bilang ibarat yin dan yang nya." kata papanya dimas
"oh itu pasti pak lagipula saya sudah nyaman juga sama dimas pak" kata ane mengangguk dan senyum
"Baiklah saya lega kan jadinya anak saya jadi punya temen setianya dan kalian bisa saling jaga satu sama lain" kata papanya ngelus dada
"iya pak moga aja saya bisa jadi temen baiknya pak" kata ane mengangguk
"baiklah kalo gitu saya percaya kok sama nak wildan" kata papanya nyamperin ane dan megang pundak ane
"iya pak tapi pak, saya lapar pak boleh minta makan ga hehehe" kata ane nyengir
"ini anak makan mulu bener" kata dimas nendang kaki ane
"husss dimas biarin aja, hehehe yaudah yu kita makan kebetulan om punya ayam goreng sama kornet" kata papanya
"asikkk mantep om" kata ane seneng pas denger ayam goreng

Kitapun keluar dari ruangan itu dan memanggil tiara yang lagi di atas tadi untuk makan bareng, setelah makan bareng kita kembali ke kamarnya dimas seperti biasa ane main PS lagi dan si tiara tiba-tiba pengen tau kenapa ane di panggil papanya dimas, ngomong apa aja, disuruh apa aja, galak apa engga bawel banget. ane cuman jawab "gapapa mau ngajak makan sama nanya--nanya biasa aja" dari pada nih anak cerewet kan. setelah bosan dan lihat jam sudah jam 5 sore ane dan tiara pamit dari rumah dimas, ane salam ke bokap dan nyokapnya bokapnya cuman bilang makasih dan nanti disuruh main lagi. 

Yap begitulah pada hari itu dengan kondisi uang ane masih dalam keadaan banyak ke pake buat jajan sama naik angkutan umum aja sama jajan di jalan sama tiara siapa tau nanti bisa pacaran kan. lanjut nanti lagi ya ane mau balik belanja dulu keluar.


EmoticonEmoticon